Enjoy your life !!!





Minggu, 25 Januari 2015

PENDORONG KESABARAN

            Orang tua seringkali memberikan petuah kepada anak muda bahwa dalam menjalani hidup harus dibekali dengan rasa sabar. Namun di zaman sekarang yang segala sesuatu serba cepat berubah ada saatnya sabar itu tenggelam oleh segala sesuatu yang instan untuk mencapai sesuatu. Inginnya segalanya mudah didapat, padahal untuk memeroleh sesuatu akan ada hambatan yang menyertai.

            Dalam bahasa Jawa ada istilah watak dan watuk. Dua kata beda satu huruf yang memiliki arti beda. Watak itu tabiat atau karakter yang tidak dapat diubah dan harus diterima apa adanya (taken for granted). Kalau watuk itu adalah sakit batuk. Sakit batuk itu bisa diobati.

            Nah lalu hubungannya watak dan watuk dengan kesabaran adalah begini ;

           Jika kita mengambil sudut pandang sabar sebagai watak maka kita tidak bisa merubah apa yang ada dalam diri sendiri atau seseorang. Hal itu merupakan sifat dasar yang telah melekat dalam diri. Orang yang tidak sabar tidak bisa dirubah menjadi sabar atau lebih sabar kalau itu sudah menjadi tabiat. Konon menurut istilah orang Jawa watak konon tidak bisa disembuhkan/diubah. Sebaliknya kalau sabar sebagai watuk maka sikap orang tidak sabar layaknya sebuah penyakit yang ada obatnya, masih bisa disembuhkan dan diobati. Sikap orang tidak sabar ini masih bisa diubah menjadi lebih baik, lebih sabar atau bahkan sangat sabar.

            Anggapan bahwa sabar dan tidak sabar itu bawaan sejak lahir dari sononya sebenarnya salah juga. Kita berarti mengingkari segala kedinamisan di kehidupan ini bahwa segala sesuatu terus berubah termasuk kepribadian manusia (Transfiguration of man). Kesabaran itu juga ilmu yang bisa dipelajari oleh semua orang. Tinggal bagaimana niat dan tindakan yang mengiringi dan menjalaninya. Sabar bisa dilatih dengan kesungguhan hati. Agar kesungguhan itu selalu menaungi berikut faktor-faktor pendorong kesabaran :

a.      Keyakinan mendalam bahwa dunia dan isinya adalah milik Alloh SWT
            Dunia dan alam semesta ini milik Alloh. Inilah yang kita yakini dalam ajaran Islam. Kita akan terbebas atau minimal tidak terlalu merasa sedih, galau, gelisah atau gundah manakala kehilangan sesuatu. Hal itu karena kita ingat bahwa semua itu hanya titipan-Nya saja sehingga rasa sabar itu menjadikan ringan suatu cobaan. Ingat semua itu milik Alloh SWT.

b.      Memahami hakikat kehidupan
Hidup di dunia adalah kehidupan yang fana, tidak kekal dan abadi. Tak selalu indah pasti adakalanya terjadi hal yang tak diinginkan. Nikmatnya dunia memang merupakan surga dunia yang tak abadi. Urip mung mampir ngombe. Kehidupan dunia itu seperti jembatan penyeberangan menuju akhirat yang kelak menjadi tempat tujuan terakhir. Dalam mengarunginya tentu ada banyak rintangan dan cobaan. Akan ada banyak ujian yang mesti ditempuh untuk menempatkan seseorang layak mengisi kuota surga abadi yang dielu-elukan insan manusia. Dari sini Alloh melalui kehidupan di dunia menyeleksi makhluknya mana yang memiliki akhlak baik dan mana yang buruk. Manusia yang memahami hakikat hidup akan lebih sabar dalam menjalaninya, beda dengan mereka yang menganggap bahwa dunia adalah nikmat yang mesti digunakan selagi masih hidup dengan hura-hura semata tanpa berpikir kehidupan setelah kematian yang merupakan masa pertangunggjawaban hidupnya di dunia. Hakikat kehidupan ini sebenarnya adalah ujian. Manusia yang paham akan memiliki mental dan persiapan diri. Dengan demikian perubahan apapun yang terjadi akan tetap membuat nyaman dengan kesabaran yang dimiliki.

c.       Meyakini ada kemudahan dibalik kesulitan
Orang-orang beriman akan tetap optimis dalam menghadapi kesulitan. Letupan optimisme akan terjaga meski dalam kondisi tersulit sekalipun. Janji Alloh SWT akan adanya kemudahan bersama dalam kesulitan. Alloh berfirman , “Maka sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan.”(Q.S. Alam Nasyrah[94]: 5-6)

Menurut M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah, komposisi antara kemudahan dan kesulitan adalah dua berbanding satu. Satu untuk kesulitan dan dua untuk kemudahan. Kenapa bisa begitu ? dijelaskan bahwa kesulitan tertulis Al-‘Usri, menggunakan Al yang secara bahasa diartikan bahwa eksistensi Al-‘Usri yang pertama sama dengan eksistensi Al-‘Usri yang kedua. Jadi hanya ada satu kesulitan. Adapun kata kemudahan Yusra tanpa al, artinya Yusra yang pertama beda dengan Yusra yang kedua. Jadi ada dua kemudahan dalam ayat itu.

Dalam kehidupan ini sudah banyak bukti bahwa kesabaran dalam kesulitan membawa kesuksesan dalam dirinya. Jalan lebar kesuksesan terbentang luas setelah melewati lorong kesulitan yang sempit. Bukti nyata bisa dilihat dari kisah Nabi Muhammad SAW melalui kesabaran dalam melalui kesulitan. Yakin saja ada banyak kemudahan dibalik kesulitan.

d.      Merasa yakin bahwa pertolongan Alloh itu dekat
Orang beriman tempat bergantungnya pasti kepada Alloh. Sesulit apapun keadaanya mereka pasti tetap memiliki tempat mengadu. Realita ini adalah bentuk kesabaran dari orang beriman, walau dalam keadaan sulitpun mereka masih mengingat Alloh. Keyakinan bahwa pertolongan Alloh itu dekat menjadikan kita selalu berprasangka baik atas segala ketetapan-Nya. Sikap mental yang demikian membawa kebaikan dalam hidup orang-orang beriman. Rasululloh SAW bersabda “Alloh berfirman, ‘Saya bergantung pada prasangka hamba-Ku, sekiranya ia berprasangka baik, akan berdampak baik dan sekiranya ia berprasangka buruk, maka akan berdampak buruk.’” (H.R. Muslim, Tirmidzi, Ahmad, dan Ibnu Hibban)

Jika kita beriman maka singkirkan perasaan khawatir akan masa depan, merisaukan nasib dan gelisah dalam menghadapi problematika hidup. Cukup Alloh yang memberikan petunjuk dan pertolongan.

e.      Percaya akan ketentuan Alloh SWT
Kita harus sadar kehidupan ini ada yang mengatur. Segala sesuatu telah ditetapkan sang Illahi. Manusia diberi akal budi dan kebebasan mengelola alam dan dirinya. Tetapi sebaik pemberi keputusan adalah Ketetapan Alloh mana yang baik bagi hamba-Nya. Sang Khalik telah mengukur dan memerkirakan segala ketetapan sesuai kadarnya. Ada Qadha’ dan Qadhar sebagai ketentuan Alloh. Semua telah tertuliskan rapi.

Dalam sebuah hadis Rasululloh bersabda “Sesungguhnya seseorang itu diciptakan dalam perut ibunya selama 40 hari dalam bentuk nuthfah, 40 hari menjadi segumpal darah, 40 hari menjadi segumpal daging, kemudian Alloh mengutus malaikat untuk meniupkan ruh ke dalamnya dan menuliskan empat ketentuan, yaitu tentang rezekinya, ajalnya, amal perbuatannya, dan jalan hidupnya sengsara atau bahagia. ” (H.R. Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Mas’ud)

Menurut hadis tersebut segala sesuatu memang telah ditetapkan, tapi ada takdir yang masih bisa diubah, yakni rezeki dan nasib manusia. Asalkan manusia itu mau berusaha dengan sungguh-sungguh dalam mengubah nasibnya.

Dari  sini bisa kita pahami yang terpenting dalam hidup bagaimana kita memandang kehidupan ini sebagai jalan meraih ridho-Nya. Setiap apa yang kita lakukan niatkan sebagai amalan semata-mata untuk beribadah kepada-Nya. Mari jaga Sholat, ibadah, dan hidup kita hanya untuk Alloh SWT. Terus menjadi insan yang selalu memerbaiki diri.

Sumber : Buku Quantum Sabar & Syukur penulis Abdullah Al-Fathany

0 komentar: