Enjoy your life !!!





Senin, 17 Maret 2014

Pesan dari Sebuah Penantian


Penantian merupakan suatu bentuk ketidakpastian yang masih saja menghanyuti pikiran seseorang dan itu masih saja dilakukan. Sering orang mengatakan akan menanti karena alasan penantian itu akan indah pada waktunya. Namun dibalik sebuah penantian itu terselip banyak pesan yang masing-masing orang akan menginterpretasikan menurut caranya sendiri. Untuk kali ini saya tidak akan membahas apa itu Pesan dari Sebuah Penantian. Tulisan ini terjadi karena tanpa sengaja saya menemukan secarik kertas kenangan masa sma yang terselip dalam sebuah buku. Ini bukanlah sebuah surat cinta,surat wasiat ataupun surat dari orang yang sedang kasmaran. Ini hanya secarik kertas puisi hasil inspirasiku ketika akan menghadapi ujian praktek bahasa Indonesia di kelas XII.

Asal muasal lahirnya puisi yang akan saya tuliskan adalah begini ceritanya. Memasuki tahap ujian akhir saya dan teman-teman diwajibkan untuk membuat satu puisi dengan tema laut. Masing-masing dari kami maju satu persatu untuk menuliskan satu kata yang berhubungan dengan laut. Kebingungan terjadi karena pilihan kata inilah yang akan menentukan puisi yang akan dibuat menjadi hancur atau malah sebaliknya. Tiba  giliranku untuk maju menuliskan sebuah kata, pilihan kata yang akan aku tuliskan jatuh pada kata JANGKAR. Sebanyak 39 kata akan menghiasi papan tulis sebagai bumbu racikan dalam membuat puisi dengan tema laut. Beberapa kata yang membuat ngakak disumbangkan oleh teman-teman seperti ikan TONGKOL, DUYUNG,dan PLANKTON. Hal ini bisa saja merusak harmonisasi puisi yang sebelumnya dirangkai dengan kata yang indah tapi bisa juga menjadi hancur. Selesai  sudah semua kata dituliskan dan wajib hukumnya kami memakai semua kata tanpa terkecuali.

Awalnya memang masih terasa sulit merangkai kata demi kata menjadi bait-bait puisi utuh apalagi dengan adanya kata yang sulit dan nyleneh untuk dirangkai. Pembuatan inipun membutuhkan suatu ritual khusus, ada yang keluar kelas untuk mencari spot sumber inspirasi ada yang menyendiri ada juga yang bekerja sama saling bertukar pendapat. Spot yang masih kuingat ketika membuat puisi ini adalah di atas bangunan masjid lebih tepatnya di Laboratorium lantai paling atas. Tempat itu kupilih selain suasananya tenang juga banyak angin sepoi-sepoi yang akan menerbangkan rasa jenuh jika ide macet. Entah bagaimana puisi ini terjadi,mata bolpoin menari-nari saja di atas kertas yang masih putih bersih sehingga kertas yang sebelumnya perawan sekarang sudah ternoda oleh banyak coretan. Tanpa berlama-lama lagi inilah hasil karya puisi dalam secarik kertas itu



Pesan dari Sebuah Penantian

Angin semilir menyejukkan relung hatiku
Sebuah dermaga menjadi penantianku padamu
Walau desir pasir menerpa tubuhku
Ku akan bertahan hingga senja tiba
Menunggu berlabuhnya kapal yang menautkan Jangkar
Agar cinta yang kita jaga tak lepas kembali

Menantikan kehadiranmu sampai matahari terbenam
Meskipun gelombang pasang menerjang
Air asin meracuni sistem pencernaan
Buih garam pantai yang memedihkan mata
Debur ombak biru yang memecah lamunan
Ku akan tegar walau aral melintang

Berlayar ku arungi bahari samudra yang indah
Ku lihat ikan tongkol dan duyung menari-nari mengejar plankton
Tuk menjadi petunjuk dimana keberadaan dirimu
Meski hanya sampan yang ku miliki
Kan ku lalui segala rintangan yang silih berganti
Dari palung yang terdalam kan ku selami
Sampai kutemukan kilauan mutiara di sela batu karang
Sebagai bukti pengorbanan cinta abadi

Terangnya hati dan jiwa ketika di Mercusuar
Menjadi pudar ketika gemuruh petir menyambar-nyambar
Dangkalnya hatimu yang tak dapat di nalar
Menjadi karam bila tak sabar
Karna kini kusadar . . . .
Kaulah harta karun pemberian Tuhan terbesar
Yang harus dijaga layaknya bintang yang bersinar

0 komentar: