Penantian merupakan
suatu bentuk ketidakpastian yang masih saja menghanyuti pikiran seseorang dan
itu masih saja dilakukan. Sering orang mengatakan akan menanti karena alasan penantian
itu akan indah pada waktunya. Namun dibalik sebuah penantian itu terselip
banyak pesan yang masing-masing orang akan menginterpretasikan menurut caranya
sendiri. Untuk kali ini saya tidak akan membahas apa itu Pesan dari Sebuah Penantian. Tulisan
ini terjadi karena tanpa sengaja saya menemukan secarik kertas kenangan masa
sma yang terselip dalam sebuah buku. Ini bukanlah sebuah surat cinta,surat
wasiat ataupun surat dari orang yang sedang kasmaran. Ini hanya secarik kertas
puisi hasil inspirasiku ketika akan menghadapi ujian praktek bahasa Indonesia
di kelas XII.
Asal muasal
lahirnya puisi yang akan saya tuliskan adalah begini ceritanya. Memasuki tahap
ujian akhir saya dan teman-teman diwajibkan untuk membuat satu puisi dengan
tema laut. Masing-masing dari kami maju satu persatu untuk menuliskan satu kata
yang berhubungan dengan laut. Kebingungan terjadi karena pilihan kata inilah
yang akan menentukan puisi yang akan dibuat menjadi hancur atau malah
sebaliknya. Tiba giliranku untuk maju
menuliskan sebuah kata, pilihan kata yang akan aku tuliskan jatuh pada kata
JANGKAR. Sebanyak 39 kata akan menghiasi papan tulis sebagai bumbu racikan
dalam membuat puisi dengan tema laut. Beberapa kata yang membuat ngakak
disumbangkan oleh teman-teman seperti ikan TONGKOL, DUYUNG,dan
PLANKTON.
Hal ini bisa saja merusak harmonisasi puisi yang sebelumnya dirangkai dengan
kata yang indah tapi bisa juga menjadi hancur. Selesai sudah semua kata dituliskan dan wajib hukumnya
kami memakai semua kata tanpa terkecuali.
Awalnya memang
masih terasa sulit merangkai kata demi kata menjadi bait-bait puisi utuh
apalagi dengan adanya kata yang sulit dan nyleneh untuk dirangkai. Pembuatan inipun
membutuhkan suatu ritual khusus, ada yang keluar kelas untuk mencari spot
sumber inspirasi ada yang menyendiri ada juga yang bekerja sama saling bertukar
pendapat. Spot yang masih kuingat ketika membuat puisi ini adalah di atas
bangunan masjid lebih tepatnya di Laboratorium lantai paling atas. Tempat itu
kupilih selain suasananya tenang juga banyak angin sepoi-sepoi yang akan
menerbangkan rasa jenuh jika ide macet. Entah bagaimana puisi ini terjadi,mata
bolpoin menari-nari saja di atas kertas yang masih putih bersih sehingga kertas
yang sebelumnya perawan sekarang sudah ternoda oleh banyak coretan. Tanpa berlama-lama
lagi inilah hasil karya puisi dalam secarik kertas itu
Pesan dari Sebuah Penantian
Angin semilir menyejukkan relung
hatiku
Sebuah dermaga menjadi penantianku
padamu
Walau desir pasir menerpa tubuhku
Ku akan bertahan hingga senja tiba
Menunggu berlabuhnya kapal yang
menautkan Jangkar
Agar cinta yang kita jaga tak lepas
kembali
Menantikan kehadiranmu sampai matahari
terbenam
Meskipun gelombang pasang menerjang
Air asin meracuni sistem pencernaan
Buih garam pantai yang memedihkan mata
Debur ombak biru yang memecah lamunan
Ku akan tegar walau aral melintang
Berlayar ku arungi bahari samudra yang
indah
Ku lihat ikan tongkol dan duyung
menari-nari mengejar plankton
Tuk menjadi petunjuk dimana keberadaan
dirimu
Meski hanya sampan yang ku miliki
Kan ku lalui segala rintangan yang
silih berganti
Dari palung yang terdalam kan ku
selami
Sampai kutemukan kilauan mutiara di
sela batu karang
Sebagai bukti pengorbanan cinta abadi
Terangnya hati dan jiwa ketika di Mercusuar
Menjadi pudar ketika gemuruh petir
menyambar-nyambar
Dangkalnya hatimu yang tak dapat di nalar
Menjadi karam bila tak sabar
Karna kini kusadar . . . .
Kaulah harta karun pemberian Tuhan
terbesar
Yang harus dijaga layaknya bintang
yang bersinar
0 komentar:
Posting Komentar