Cerita ini
terjadi pada hari senin, 28 januari 2013. Yah tepatnya pada malam hari sesudah
maghrib. Perut yang meraung – raung meminta belas kasihan dari empunya untuk
diisi. Aku dan teman sepermainan kontrakan yang tak mau aku tuliskan satu
persatu berniat dan akan dinner bareng. Haha.
Rencana kami akan makan penyet, namun setelah menuju tkp kami kehilangan selera
bukan karena masakannnya tidak enak tapi karena antrinya. Rombongan kami
akhirnya menuju ke TKP kedua ternyata hal itu sama saja malah lebih banyak
antrinya. Beberapa teman sudah nyemplung ke dalam. Berhubung aku, nofi,nopi,
azis, dan miftah(sekarang aku sebutin biar kami yang dimaksud terdeteksi) masih
di area parkir kami memilih untuk pindah daripada perut malah nangis gak
sabaran diisi. Tibalah kita di tempat yang memang sudah tidak asing lagi di
warung nasgor NackNuk,ealah lama tidak kesitu jarak tempat lesehan dan tempat
penggorengan sudah bergeser sejauh 15 meter. Satu persatu porsi sudah dipesan
kami menunggu sambil berbincang membicarakan masa depan sebagai mahasiswa tingkat akhir.
Tak lama
kemudian datanglah satu teman yang tertinggal dari kontrakan yakni Tri. Dengan
wajah tertekuk – tekuk dan tak ceria menghampiri kami untuk ikut makan bareng.
Ada apa gerangan dengan Tri? Semenjak kami bercanda ia hanya diam membisu
seperti ada masalah yang dipendam. Satu persatu dari kami tak ada yang mampu
membuatnya tersenyum. Ia tak mau bercerita sedikitpun. Suasana pun mencair
dengan pergantian topik seputar manuk. Karena manuk tri dapat mulai tersenyum
kembali mungkin ia memang penyayang manuk sejati. Habis sudah santapan kami,
perut sedikit terganjal dan kami merasa masih belum kenyang. Sejenak kami
menghela nafas dan menikmati indahnya malam dengan angin yang semribit. Miftah
dan Tri yang notabene dulu seperti kakak dan adik entah sekarang bagaimana
status mereka mulai cabut dari peredaran karena punya urusan terselubung. Hanya
tinggal kami ber empat yang masih menikmati suasana malam itu di pinggir jalan.
Terjadilah
percakapan di antara kami(dengan sedikit editing tidak seperti aslinya)
Nopi : “wah rasane kok kurang
yo?”
Nofi : “iyooo...nasgor e sitik
banget ra koyo biasane”
Azis : “lha opo meh tambah?”
Weka : “opo ganti panggon mangan
neh ben wareg?”
Nopi : “wah aku wae loro meneh
sih sanggup, sih muat ning weteng”
Nofi : “nek rasane jek ngeleh
ngene ki, telu meneh yo sanggup ning dibayari”
Azis : “ah tenane kono nop bayari
cah e”
Nopi : “tenan? Nek iyo tak bayari
telung porsi nasgor ayam tapi kudu entek”
Nofi : “iyo tenan bayaren(pasang
muka kelaparan seminggu tidak makan)”
Sejenak terjadi perdebatan dan
perjanjian antara kedua kubu. Perjanjianya adalah jika nofi sanggup menyikat 3
porsi maka ia dibayari nopi tapi jika tidak sanggup bayar sendiri.
Nopi : “piye tenan ra ki, nek
tenan lek tak pesenke”
Nofi : “iyo kono pesenke saiki”
Nopi : “oke siap(dengan langkah
mantap memesankan tantangan buat nopi”
Nopi menuju ke ibu penjual nasgor
dan benar – benar memesankan tiga nasgor special untuk nofi.
Azis : “wah tenanan ki cah e
mesenke nof,mesti ki kae nopi gek ngomong nek segone ken nambahi ”
Weka : “heeh kae mesti pesen sing
pedes ben koe ra entek”
Nofi : ”wah iyo ki mesti
dipesenke ben aku ra entek”
Nopi kembali dari memesan....
Nopi : “wes tak pesenke
kae,tunggu sek ya.”
Azis : “iki kejutan yak e nop koe
gelem bayari”
Nopi : “mumpung duit e sih akeh
30 rb sing dikei nofi mau,haha”
Nofi :”lha kok ra dipesenke ombe,
yo sereten ki(sambil menuangkan minuman nopi ke dalam gelasnya)”
Nopi : “lha kan perjanjiane ora
karo ombe”
Sejenak menunggu tantangan di mulai,yang
kami rasakan memang sebelumnya terasa kurang dan rasa lapar masih menggelayuti.
Tapi ternyata rasa itu hilang setelah
nasgor itu turun ke perut.
Yang di tunggu – tunggu akhirnya
datang juga tiga nasgor special. Perlahan – lahan nofi menyantap satu porsi
itu, kami tertawa geli melihat tingkahnya yang memang sudah terlanjur menerima
tantangan. Ya nasi sudah menjadi bubur eh salah nasi telah menjadi nasgor ayam.
Nopi : “delokke wae rasane wes
wareg opo neh nek mangan”
Azis : “mau rasane ki ngeleh tapi
gara – gara ngekek terus dadi ra krasa neh”
Weka : “saiki wes medun segone
wareg opo neh nyawang nofi mangan”
Nofi : “iyo asem tenan ik, ketoke
aku nyerah ki ra kuat neh”
Kami semua tertawa antara
prihatin dan lucu melihat bocah yang satu ini. Prihatin karena ia harus
menghabiskan atau bayar semua yang dipesan. Singkat cerita ia melambaikan
bendera putih. Nofi menyerah dengan hanya menghabiskan satu porsi lebih
sedikit. Ia akhirnya membayar lunas tanpa kredit tiga nasgor specialnya.
Sedikit candaan di malam itu yang mungkin akan menjadi sebagian cerita
bersejarah kami. Tak lupa saya sampaikan beberapa hikmah dari cerita ini dan
mungkin juga buat nofi, hehe :D
Pertimbangkan sesuatu apa yang sekiranya bisa dan sanggup dilakukan
tanpa memaksakan diri
Belajar dari pengalaman, walau pengalaman pahit
Janganlah berlebihan, berlebihan itu baik jika dalam situasi dan
kondisi yang tepat
MENSANA IN CORPORE SANO....sampai jumpa di kesempatan yang lain.
0 komentar:
Posting Komentar