Enjoy your life !!!





Minggu, 11 Maret 2012

Dua Cara Dalam Memandang Hidup

Seorang ayah sedang menatap bayi perempuannya yang sedang tidur, bayi itu baru saja dilahirkan dan dibawa pulang dari rumah sakit. Hatinya merasa bahagia melihat kecantikan anaknya  yang begitu sempurna. Si bayi membuka matanya dan melihatke atas. Ayahnya memanggil nama bayi tesebut dan berharap anaknya menoleh ke arahnya.namun, kedua bola mata anak tersebut tidak bergerak. Sang ayah pun lalu memancing dengan mainan lonceng yang dibunyikan tapi tetap saja kedua mata bayi itu tak bergerak. Jantung si ayah mulai berdetak kencang. Ia khawatir terjadi apa –apa dengan anaknya. Ia lalu menghampiri istrinya dan menceritakan kejadian tersebut.

“kelihatannya, dia sama sekali tidak merespon suara gaduh, seakan –akan dia tidak bisa mendengar.” Si ayah berkata

“aku yakin dia baik –baik saja” ujar si istri. Mereka lalu bersama- sama menuju ke kamar bayi
Si ibu memanggil nama bayi itu, membunyikan lonceng mainan, dan bertepuk tangan. Kemudian, perempuan itu meraih dan menggendongnya, saat itu juga si bayi menggerakkan badannya sambil mengeluarkan suara seperti dengkuran.

“Oh Tuhanku” kata si ayah. “Dia tuli”

“ Tidak” tukas istrinya. “ Saat ini terlalu cepat untuk mengatakan seperti itu. Lihatlah, dia benar –benar baru dilahirkan, bahkan kedua matanya pun belum mampu untuk fokus.”

Si ibu mengambil sebuah buku dari rak. Ia bersama suaminya lalu membaca buku mengenai mendengar saat bayi dilahirkan. Dalam buku tersebut dijelaskan bahwa jangan panik jika bayi yang baru dilahirkan tidak terkejut pada suara yang gaduh atau dia tak melirik ke arah suara. Refleks terkejut serta perhatian bayi terhadap suara seringkali memerlukan waktu beberapa lama untuk mulai berkembang.

Si istrinya meyakinkan suaminya dan meyoba membuatnya merasa lebih tenang.
Si suami masih saja belum tenang, karwena dalam buku tersebut tidak menyebutkan tentang kemungkinan –kemungkinan lain. Bisa saja bayinya tuli. Krena ia beranggapan saat ini bayinya tidak bisa mendengar apa –apa dan tidak merespon suara disekitarnya. Perasaannya tidak enak, ia merasa penyebabnya kakeknya dulu juga tuli. Ia membayangkan jika bayinya kelak tuli itu adalah kesalahannya dan ia tak akan pernah memaafkan dirinya sendiri.

Si istri mengatakan kalau suaminya sudah kelewat melantur. Akhirnya ia mengajak suaminya untuk memeriksakan kondisi anaknya sembari menenangkan suaminya yang terus gelisah.
Sepanjang hari lelaki itu hanya membayangkan kemungkinan terburuk yang akan menimpa putrinya. Indra pendengaran tidak berfungsi dengan normal dan indra bicara yang tidak berkembang, serta kehidupan anaknya kelak yang akan dikucilkan dalam pergaulan sosial.

Beberapa pengujian telah dilakukan oleh dokter spesialis anak tersebut untuk meyakinkan bahwa bayi itu baik –baik saja. namun semangat si ayah telanjur kendur. Tidak demikian dengan minggu berikutnya, sewaktu bayi tesebut menunjukkan keterkejutannya pertama kali, ketika dia mendengar suara tembakan knalpot dari sebuah truk yang melinyas di jalan, hal itu membuat lelaki itu pulih kembali semangatnya dan gembira dengan bayi perempuannya.

Dari cerita diatas ayah dan ibu bayi tersebut memiliki cara pandang yang berbeda dalam melihat dunia. Ketika sesuatu yang buruk terjadi pada si ayah,  dia membayangkan kemungkinan terburuk yang akan terjadi pada suatu masalah. Dia cenderung mengalami depresi, merasa tidak bergairah, serta merasakan penderitaan yang panjang, sehingga kesehatannya terganggu. Sebaliknya pada sisi lain, istrinya melihat kejadian tersebut sebagai ancaman kecil atau sinar kehidupan yang sedang redup. Bagi istrinya semua itu dianggap sementara saja dan bisa diatasi.

Itulah contoh dua sudut pandang seorang yang optimis dan pesimis. Karakterisitik yang jelas dari seorang pesimis adalah mereka cenderung memercayai kalau peristiwa –peristiwa buruk yang terjadi  akan berakhir dalam waktu lama  serta merusak semua yang mereka lakukan dan menganggap bahwa hal itu merupakan kesalahan dirinya sendiri. Seorang pesimis memperlihatkan bahwa dirinya mudah menyerah dan mudah depresi. Berbeda dengan seorang yang optimis. Ia akan berpikir sebaliknya. Masalah yang sama mereka pikirkan sebagai ketidakberuntungan saja. Mereka cenderung percaya bahwa kegagalan hanya kemunduran sementara yang penyebabnya hanya pada satu kasus saja. kaum optimis percaya bahwa kegagalan bukan kesalahan mereka tetapi karena keadaan, ketidakmujuran, atau masalah yang dibawa orang lain. Kegagalan mereka anggap sebagai sebuah tantangan sehingga mereka akan berusaha lebih keras lagi.

sumber : buku MENGINSTAL OPTIMISME , MARTIN E. P. SELIGMAN, PH. D.

0 komentar: